-->
  • Jelajahi

    Copyright © Media Online Sidik Jari
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Kongres HMI dan Krisis Ruang Gagasan

    Jari Media Online
    27/05/2025, Tuesday, May 27, 2025 WIB Last Updated 2025-05-27T12:20:24Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    Panji Miran (doc) 


    Oleh: Panji Miran (Ketua Bidang PAO HMI MPO Cabang Mataram Periode 2022-2023)


    Opini, sidikjari.com - Kongres Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) acap kali disebutkan forum tertinggi organisasi yang menjadi ruang dialektika untuk menuangkan gagasan besar, membicarakan masa depan organisasi, bangsa, dan umat. Namun sayangnya, wajah kongres selalu berjalan sesuai iramanya, bahkan semakin jauh dari semangat ideal.


    Alih-alih menjadi arena intelektual, kongres justru tampak seperti ajang kompromi politik antar kepentingan. Perdebatan bukan lagi soal arah gerak HMI ke depan, melainkan soal siapa yang didukung oleh siapa. Tidak mengherankan bila pemilihan ketua umum kini lebih ditentukan oleh “restu” senior atau alumni daripada oleh visi dan kapasitas kader itu sendiri.


    Kondisi ini mencerminkan pergeseran nilai yang cukup serius. HMI yang dulu dikenal sebagai kawah candradimuka kader bangsa, kini terjebak dalam pusaran pragmatisme kekuasaan. Kongres telah berubah menjadi ajang transaksional, tempat kepentingan bersua kebutuhan, bukan lagi panggung untuk membahas hal-hal besar yang menyangkut nasib umat dan bangsa.


    Dari berbagai dinamika yang terjadi, HMI selalu dalam pusaran pergolakan dari berbagai kepentingan politik. Mulai dari ambisi, sampai pada koalisi elektoral. Tentu kita tidak bias menafikan hal demikian, tapi dinamika tersebut kian tumbuh beriringan denga perubahan globalisasi yang tak berkepastian. 


    Para senioritas atau alumni memang jarang terlihat dalam dinamika perkaderan. Sebagaimana itu merupakan ruh dari pada organisasi. Tapi para senior lebih mensponsori agenda kongres karena disana terdapat ruang-ruang politik yang menjanjikan. Akibatnya kontestasi berjalan tak lagi ideal melainkan siapa dukungan dibalik para senior. 


    Kita mungkin berpikir, Sampai kapan hal demikian berakhir. Sejak koalisi electoral tetap bersarang dalam tubuh HMI, maka virus demikian akan membentuk inang yang nantinya berkembang biak hingga tubuhnya mati. Selamanya jika hal demikian terus bebas, selamanya HMI akan tetap pada rol nya yakni, status quo.


    Tentu kita tidak boleh pesimistis. Justru kondisi ini seharusnya menjadi pemantik refleksi bagi seluruh kader HMI di berbagai tingkatan. Apakah kita akan terus membiarkan organisasi ini dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan eksternal yang dibungkus dalam legitimasi "restu senior"? Ataukah kita akan merebut kembali ruh idealisme dan independensi yang menjadi warisan para pendiri?


    Kongres seharusnya bukan sekadar pertemuan dua tahunan, tapi momentum peradaban kader. Bila tidak, maka HMI hanya akan menjadi organisasi tua yang kehilangan arah dan identitasnya. (Red) 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini